Kematian Satwa di Kebun Binatang Surabaya dan Upaya Konservasinya (Makalah)
KEMATIAN SATWA DI KEBUN BINATANG SURABAYA
Disusun Oleh :
Kelompok
1
1.
Pratiwi Putri Hediana (16030654016)
2.
Mufidatul Hasanah (16030654027)
3.
Miftakhul Wahyu R (16030654071)
4.
Choliva Meilinda (16030654071)
PRODI PENDIDIKAN SAINS
JURUSAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebun Binatang
Surabaya (KBS) adalah salah satu kebun binatang
yang populer di Indonesia
dan terletak di Surabaya.
KBS pernah menjadi kebun binatang terlengkap se-Asia Tenggara,
di dalamnya terdapat lebih dari 351 spesies satwa yang berbeda yang terdiri
lebih dari 2.806 binatang.. Termasuk di dalamnya satwa langka Indonesia maupun
dunia terdiri dari Mamalia,
Aves,
Reptilia,
dan Pisces.
Namun, akhir-akhir ini Kebun Binatang
Surabaya banyak menerima keluhan tentang perlakuan terhadap satwa dari kelompok
aktivis seperti Jakarta Animal Aid Network (JAAN), serta dari administrator
interim kebun binatang. Situasi mencapai titik pada tahun 2010 di mana The Jakarta Post
menyebut KBS sebagai 'Kebun Binatang Maut'. Pada bulan Agustus 2010,
Kementerian Kehutanan mencabut izin Kebun Binatang Surabaya menyusul kematian
beberapa satwa, termasuk seekor Harimau Sumatera
yang langka, Singa Afrika,
Walabi,
Komodo,
Anak Babirusa,
Rusa Bawean dan Buaya.
Manajemen Interim meminta polisi setempat dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Jawa Timur (BKSDA) untuk melakukan investigasi, yang menemukan bahwa penjaga
lalai yang harus disalahkan atas sebagian besar kematian hewan.
Hingga saat ini perbaikan untuk
mengembalikan keadaan Kebun Binatang Surabaya (KBS) masih terus berlanjut,
Walikota juga menjanjikan adanya transparansi anggaran pengelolaan kebun
binatang, yang didirikan tahun 1932, kepada masyarakat Surabaya. Namun keluhan
– keluhan tetap masih bertahan tentang satwa yang berada di sana. Maka dari itu
kami ingin mengidentifikasi tentang konservasi sumber daya alam yang ada di
Kebun Binatang Surabaya (KBS)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diperoleh dari penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana penyebab kematian satwa dapat terjadi
di Kebun Binatang Surabaya?
2. Bagaimana upaya konservasi dalam mengatasi
kematian satwa di Kebun Binatang Surabaya?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penyebab kematian satwa dapat
terjadi di Kebun Binatang Surabaya.
2. Untuk mengetahui upaya konservasi dalam mengatasi
kematian satwa di Kebun Binatang Surabaya.
D. Manfaat
Manfaat yang
diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui penyebab dari kepunahan satwa di Kebun Binatang
Surabaya
2. Mengetahui upaya konservasi dalam mengatasi
kematian satwa di Kebun Binatang Surabaya
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Sumber Daya
Alam Hayati
Sumber
daya alam hayati (biotik) merupakan sumber daya alam yang berupa makhluk hidup.
Misalnya: mikroba, hewan, tumbuhan dan manusia.
Hewan
adalah salah satu sumber daya alam yang harus dilindungi. Karena dengan adanya
hewan di alam akan menyeimbangkan ekosistem dalam alam. Beberapa manfaat adanya
hewan bagi manusia antara lain : sebagai
penghasil bahan pangan, sebagai penghasil bahan sandang, sebagai bahan untuk
obat – obatan, untuk diambil tenaganya.Di satu sisi lain manfaat hewan sendiri
bagi alam adalah sebagai penyeimbang ekosistem lingkungan.
Jika
ekosistem tidak seimbang dapat menyebabkan kepunahan suatu spesies atau
populasi, kerusakan atau bencana alam yang kerap di rasakan oleh manusia,
munculnya anomali (keanehan) ekosistem.
B.
Kasus
Telah kita ketahui bahwa hewan merupakan salah faktor penting dalam
kehidupan, tetapi banyak sekali kasus atau peristiwa yang terjadi yang
menyebabkan populasi hewan menurun dan bahkan punah. Salah satu kasusnya yang
menyebakan penurunan hewan terjadi di Kebun Binatang Surabaya.
Kebun Binatang Surabaya (KBS) adalah salah
satu kebun binatang yang populer di Indonesia
dan terletak di Surabaya.
KBS merupakan kebun binatang yang pernah terlengkap se-Asia Tenggara,
di dalamnya terdapat lebih dari 351 spesies hewan yang berbeda yang terdiri
lebih dari 2.806 satwa. Termasuk di dalamnya satwa langka Indonesia maupun dunia
terdiri dari Mamalia,
Aves,
Reptilia,
dan Pisces.
Kebun Binatang Surabaya
telah menerima keluhan tentang perlakuan terhadap hewan dari kelompok aktivis
seperti Jakarta Animal Aid Network (JAAN), serta dari administrator interim
kebun binatang. Situasi mencapai titik pada tahun 2010 di mana The Jakarta Post
menyebut KBS sebagai 'Kebun Binatang Maut'. Pada bulan Agustus 2010,
Kementerian Kehutanan mencabut izin Kebun Binatang Surabaya menyusul kematian
beberapa hewan.Menurut juru bicara KBS Agus Supangkat, sejak Juli 2013 sebanyak
105 hewan peliharaan telah tewas di kebun binatang terbesar di Indonesia, itu antara lain :
1.
Harimau Sumatera
2. Singa
Afrika,
3. Walabi,
4. Komodo,
5. Anak
Babirusa,
6. Rusa
Bawean
7. Buayadan
8. Jerapah
Kejadian kematian satwa di Kebun Binatang Surabaya membuat Manajemen
Interim meminta polisi setempat dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa
Timur (BKSDA) untuk melakukan investigasi dan menemukan penjaga lalai yang
harus disalahkan atas sebagian besar kematian hewan.
Penyebab kematian satwa di KBS, tidak hanya disebabkan karena penjaga
yang lalai, namun juga disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1.
Kebersihan
Di Kebun Binatang Surabaya banyak ditemukan sampah plastik yang berasal
dari pengunjung dan pedagang setempat yang kesadarannya kurang akan kebersihan
lingkungan, meskipun tersedia tempat untuk pembuangan sampah.
Banyak pengunjung yang membuang sampah di sekitar kandang satwa yang
menyebabkan satwa memakan sampah tersebut.
Kasus kematian satwa disebabkan karena sampah plastik ini terjadi
ketika seekor jerapah ditemukan mati dengan hasil otopsi ditemukan sekitar 18
kg sampah plastik di perutnya.
2.
Makanan
Makanan yang diberikan pada hewan kurang diperhatikan, sehingga satwa
banyak yang mengalami kelaparan dan kekurangan gizi sehingga membuat satwa
tersebut akhirnya memakan sampah di sekitar kandang.
3.
Kesehatan
Tingkat kesehatan hewan menurun sebelum pemerintah kota
Surabaya melalui perusahan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya. Misalnya
harimau sumatra jantan yang berumur 16 tahun yang bernama Rama di temukan mati
di kandangnya, di duga akibat gagal jantung. Harimau kelahiran kebun binatang
surabaya ini mati setelah 2 minggu sebelumnya menunjukkan tanda – tanda
penurunan nafsu makan.
Dari contoh di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan di
kebun binatang Surabaya kurang di jaga dan kurang di perhatikan secara menyeluruh.
4.
Kandang (Tempat tinggal hewan)
Salah satu faktor penyebab kematian satwa di Kebun Binatang Surabaya
yaitu Kandang atau tempat tinggal satwa. Misalnya kasus seekor Singa Afrika
yang ditemukan tergantung tewas di
kandangnya pada tahun 2014 dan sekitar 45 ekor komodo juga tewas ketika mereka
saling serang dalam kandang yang penuh sesak.
1.
Solusi
Dari kasusn din atas solusi yang dapat di ambil
antara lain
a. Kebersihan
Di
mulai dari kesadaran individu para pengunjung dan pedagang di Kebun Binatang Surabaya,
dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan menjaga fasilitas umum yang ada
di Kebun Binatang Siurabaya.
Selain
kesadaran dari para pengunjung dan pedagang para penjaga dan pengelola satwa
juga harus memperhatikan kebersihan kandang.
b. Makanan
Penjaga
binatang lebih memperhatikan satwa
terutama pada nilai gizi makanan yang di berikan kepada satwa.dan juga
selalu memperhatikan jadwal pemberian
makanan pada satwa.
c. Kesehatan
Dengan
memperhatikan kondisi satwa setiap hari dan tingkah laku yang di tunjukkan oleh
satwa. Selain dari tingkah laku kebersihan makanan yang di berikan kepada satwa
juga harus di perhatikan mulai dari gizi, nutrisi, dan jumlah kebutuhan.
d. Kandang
Petugas
dan pengelola kebun binatang harus memperhatikan jumlah hewan yang menempati
kandang,supaya tidaik melebihi kapasitas.
2.
Upaya
Konservasi
Dasi beberapa solusi diatas dapat di lakukan upaya – upaya sebagai berikut
:
a.
Kebersihan
Dari segi kebersihan upaya yang dapat dilakukan
antara lain :
·
Menambah staf petugas kebersihan
·
Menambah jumlah tempat sampah di berbagai tempat
·
Menertibkan para pedagang kaki lima
·
Memberlalukan sanksi bagi pengunjung yang membuang sampah sembarangan
·
Menempelkan pamflet tentang
pentingnya kebersihan di berbagai tempat
b.
Makanan
Dari segi makanan upaya yang dapat dilakukan
antara lain :
·
Melarang pengunjung memberikan makanan yang di beli dari luar.
·
Menyediakan makanan bagi pengunjung yang ingin memberi makanan langsung
pada satwa.
·
Petugas tepat waktu dalam memberikan makanan pada satwa
c.
Kesehatan
Dari
segi kesehatan upaya yang dapat dilakukan antara lain :
·
Pemberian vaksin secara rutin
·
Pemeriksaan kesehatan hewan secara berkelanjutan
· Mendata satwa yang diduga mengalami penurunan kesehatan dan memisahkannya
dari populasi di kandangnya
·
Jika satwa tersebut sakit maka penanganannya sangat intesnsif.
d.
Kandang
Dari segi kandang upaya yang dapat dilakukan
antara lain :
· Petugas dan pengelola memperhatikan standar (layak untuk dihuni) bagi satwa
·
Petugas memperhatikan jumlah satwa didalamnya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014.
Kebun Binatang Surabaya Perlu Dikelola Lebih Baik. Online. http://www.dw.com/id/kebun-binatang-surabaya-perlu-dikelola-lebih-baik/a-19251978,
, diakses pada 17 Februari 2018.
Kompasiana. 2014. Data Kematian Satwa sebelum
2013 yang Tak Diungkap Media Mainstream . Online. https://www.kompasiana.com/iraannisa/kbs-yang-saya-lihat-bag-1-data-kematian-satwa-sebelum-2013-yang-tak-diungkap-media-mainstream_54f853e5a33311e77d8b46f6
diakses pada 17 Februari 2018.
K.N Rosandrani. 2016. Banyak Kasus Kematian Satwa, Timbulkan Tanya Bagaimana Mengelola Kebun
Binatang yang Baik. Online. http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/04/banyak-kasus-kematian-satwa-timbulkan-tanya-bagaimana-mengelola-kebun-binatang-yang-baik,
diakses pada 17 Februari 2018.
Petrus Rizki. 2014. Kasus Kematian Satwa Kebun
Binatang Surabaya Masih Berlanjut. Online. http://www.mongabay.co.id/2014/02/22/kasus-kematian-satwa-kebun-binatang-surabaya-masih-berlanjut/,
diakses pada 17 Februari 2018.
Wikipedia. 2017. Kebun Binatang Surabaya.
Online. https://id.wikipedia.org/wiki/Kebun_Binatang_Surabaya,
diakses pada 17 Februari 2018.
Komentar
Posting Komentar